INSAN KAMIL
SOSOK
KETELADANAN MUHAMMAD SAW
Karya :
DR.Sayyid Muhammad Alwy al-Maliki
BAB I
Bakat dan Sifat
Nabi
Kelanjutan dari Kefasihan Bicara Nabi SAW
Q. Rencana Pembangunan dan Kependudukan
Perhatian
Nabi SAW pada perumahan dan tempat tinggal rakyat yang layak dan sehat terbukti
dari pengetahuan beliau yang luas dan rencananya yang teliti didasarkan atas
kepentingan bersama. Serta lancarnya lalu lintas orang banyak maupun kendaraan,
di samping hak tetangga sebelah menyebelah yang tidak boleh diabaikan. Juga
kehormatan tempat-tempat ibadah. Demikian juga faktor kesehatan sangat
diutamakan, juga lokasi tempat mendirikan bangunan.
Dalam
rencana pembangunan rumah-rumah tempat tinggal, maka pemandian umum dan pasar
harus berada di tempat yang telah ditentukan. Bahkan beliau sendiri turun ke
lapangan, ikut melaksanakan dan memberi pengarahan langsung.
Ibnu
Sa’ad dalam bukunya At-Thabaghat menjelaskan, bahwa tatkala Nabi SAW
merencanakan pembangunan perumahan di kota Madinah, beliau sendiri yang
mendesain rumah gedung yang akan dibangun oleh Utsman. Beliau keluar menuju
sebidang tanah yang luas, dan menunjukkan letak bagian-bagian
penting dari rumah yang akan dibangun.
Abu Daud
meriwayatkan, bahwa Nabi SAW pernah mengutus seorang agar menyampaikan pada
prajurit yang berada di medan perang, bahwa siapa saja yang mempersempit rumah
tempat tinggalnya, atau mengambil sebagian tanah dari
jalan umum, maka dia tidak perlu berjihad. Konon, kala itu, penduduk sudah
mulai padat. Rumah-rumah liar dibangun orang, sehingga lorong-lorong menjadi
sempit dan lalu-lintas orang menjadi terhambat.
Dalam
pembangunan rumah, Nabi SAW selalu memperhatikan faktor kesehatan. Hal ini
bisa dilihat dari apa yang ditegaskannya ketika ada orang
yang datang bertanya tentang hak dan kewajiban dalam hidup berumah tangga. Nabi
menjelaskan: “Janganlah kau membangun (rumah) melebihi rumah orang lain yang
dapat menghalangi masuknya udara, kecuali diizinkan. Dan di rumahmu jangan ada
bau busuk yang dapat mengganggu
tetangga.”
(HR Al-Baihaqy).
Ibnu
Majah dan At-Thabrany menceritakan tentang pembangunan yang langsung diawasi
Nabi SAW sendiri. Bahkan beliau sendiri yang memilih lokasinya. Setelah
selesai, dilihatnya. Dan dengan rasa puas, beliau berkata: “Inilah pasar
kalian.” Lalu memerintahkan agar pasar itu
dipelihara dan diramaikan. Sebelum datang melihat pasar
baru itu, beliau terlebih dahulu mendatangi pasar
lama, dan berkata pada penghuninya, “Ini
bukan pasarmu lagi sekarang.” Perhatian Nabi SAW bukan hanya
pada fisik bangunannya saja, tapi segala sesuatu
yang bertalian dengan penduduk dan masyarakat
banyak sangat diperhatikan. Beliau selalu mengikuti
perkembangan pasar. Dan tingkah laku para
pedagang senantiasa diawasi.
Selagi
diketahui, bahwa pedagang-pedagang bahan pokok memborong dan menghadang
petani-petani yang membawa hasil buminya sewaktu mereka masih
berada di luar kota, sebelum mereka memasuki pasar, maka
diutusnya seorang petugas untuk melarang. Bahkan pernah
diambil tindakan keras olehnya terhadap pedagang-pedagang
yang berbuat demikian.
Imam
Bukhari meriwayatkan dan Ibnu ‘Umar, bahwa dahulu di zaman Nabi SAW pedagang-pedagang
membeli bahan makanan dari pedagang-pedagang
hasil bumi sebelum mereka memasuki pasar. Maka beliau mengutus orang untuk
melarangnya dan bahan-bahan makanan itu dibawanya masuk ke
dalam pasar lebih dahulu tempat transaksi dan jual
beli yang biasanya dilakukan.
Ada
kalanya Nabi SAW sendiri langsung turun ke pasar mengamati keadaan di sana,
sebagai yang tersebut di dalam sebuah hadis. Tatkala beliau sedang di pasar
kota Madinah, dihampirinya seorang pedagang. Tangan beliau
langsung dimasukkan ke dalam tumpukan gandum yang ternyata basah. “Apa ini?”
tanya Nabi SAW agak keras.
“Basah
terkena air hujan,” jawab pedagang itu gugup.
“Mengapa
yang basah ini disembunyikan dan tidak ditaruh di
atas? Supaya dapat dilihat dan diketahui pembeli. Siapa yang menipu, ia bukan
golongan kita,” ujar Nabi SAW kepada pedagang gandum yang merah wajahnya,
tersipu malu.
Setelah
kota Makkah dibuka dan dikuasai kembali oleh Nabi SAW, maka Sa’id bin ‘Ash
diangkat menjadi pengawas pasar di sana. Umar juga pernah ditunjuk sebagai
pengawas pasar kota Madinah, sebagaimana disebutkan dalam buku sejarah As-Sirah
Al-Halabiyah.
Demikian
ini demi kepentingan masyarakat dan rakyat
banyak. Masalah takaran dan timbangan yang lazimnya dipakai pedagang-pedagang,
tidak terlepas dari perhatian beliau. Abu Hurairah berkata:
“Bagi pedagang di pasar, Nabi SAW telah menyediakan teknisi ahli timbangan
(tera).” Dalam hadis lain Nabi SAW bersabda: “Pedagang barang dagangan akan
diberi rizki oleh Tuhan, dan yang menimbun akan dikutuk oleh-Nya.”
(HR
Ibnu Majah).
Demikian
juga peringatan beliau kepada para pedagang dan pengusaha tertentu, yang
biasanya berlaku curang dan tidak menepati janji.
Nabi SAW
senantiasa mendorong dan menganjurkan agar umatnya giat dalam bidang
perdagangan, melakukan berbagai usaha, masing-masing menurut kemampuan dan
bakatnya. Pernah ada orang datang padanya, mengadukan kemiskinan dan
penderitaan hidupnya. Nabi SAW menyuruhnya pergi ke sebuah lembah,
mengumpulkan kayu-kayuan untuk dijual. Kepadanya
dikatakan: “Janganlah engkau kembali ke mari,
kecuali sesudah sepuluh hari.” (HR
At-Turmidzy). Itu adalah suatu contoh
anjuran beliau agar setiap orang sanggup bekerja apa
saja yang dapat di lakukan.
Seorang
lain, penganggur dan miskin, namanya Sa’ad bin A’idz. Nabi SAW menyuruhnya agar
berdagang. Dia pun segera masuk pasar, berjuang mencari nafkah halal dengan
berjual beli, sampai dia berhasil dalam usahanya. Nabi SAW menganjurkan
kepadanya agar tekun dan terus mengembangkan perdagangannya. (dikutip dari
‘Ali Sabah).
Nabi SAW
sangat gembira dan merestui bila melihat tenaga-tenaga muda terjun dan memulai
perdagangannya. Sampai-sampai pedagang perantara pun tidak luput
dari perhatian Nabi SAW.
Berbicara
tentang pengetahuan Nabi SAW yang mencakup berbagai bidang, maka itu meliputi
segala sesuatu (bidang). Menurut ‘Aisyah, di samping beliau melakukan apa yang
diperlukan, dalam rumah tangga, kadang beliau menjahit pakaiannya sendiri.
Demikian menurut riwayat Ibnu Sa’ad.
Tatkala
sahabat Ufuyah bin Sa’ad kehilangan hidungnya dalam suatu peperangan, maka dibuatnya
hidung tiruan dari perak. Tak lama kemudian membusuk. Lalu
Nabi SAW menyuruhnya mengganti
dengan emas, karena khasiat logam mulia ini sangat
bersih, tahan lama, dan tidak dapat
membusuk. (HR At-Turmidzy dan Abu Daud).
Setelah
beliau mengumumkan larangan memotong sembarang pohon dan tumbuh-tumbuhan di
Makkah, A1-’Abbas bertanya, bagaimana
dengan idzir Ya Rasulullah, karena pohon yang satu ini
diperlukan tukang kemasan dan kayunya untuk atap rumah. Maka Nabi SAW
membenarkan dan berkata: “Ya, kecuali idzir (sebagian pohon).”
Apabila
Rasulullah SAW melihat keahlian seseorang dalam bidang apa pun, maka keahlian
itu dihargai, sambil merangsang semangat dan mendorong agar makin giat dan
meningkatkan mutunya, sebagaimana terjadi ketika beliau sedang membangun
masjidnya. Beliau melihat orang banyak sedang bergotong-royong. Tiba-tiba
perhatiannya tertuju kepada seseorang yang sedang asyiknya mencampur tanah
untuk membangun. Itu pun dilakukan dengan cepat dan baik. Maka pekerjaan itu
diserahkan penuh kepadanya. Orang tersebut bernama Ibnu Thalq. Dia mengisahkan
kejadian itu sebagai berikut; “Ketika Nabi SAW membangun masjidnya, masyarakat
ramai membantunya bekerja. Saya memang ahli dalam mencampur tanah untuk
bangunan. Saya mengambil sekop dan aku aduk campuran tanah itu kuat-kuat. Tanpa
kuketahui, rupanya Rasulullah melihat kepadaku dengan tajam. Kemudian beliau
berkata, dia memang benar-benar ahli. Selanjutnya pekerjaan itu diserahkan
kepadaku.”
Ibnu
Rusyd dalam kitabnya Al-Bayan wat-Tahsil meriwayatkan dari
Imam Malik, bahwa Rasulullah SAW pernah melihat sebuah kuburan, maka beliau
menyuruhnya untuk memperbaiki kembali seraya berkata: “Allah menyukai hamba
yang bila melakukan suatu pekerjaan diperintah dan disempurnakan.”
No comments:
Post a Comment