05 May, 2015

INSAN KAMIL : Rencana Pembangunan dan Kependudukan



INSAN  KAMIL
SOSOK  KETELADANAN  MUHAMMAD  SAW
Karya :
DR.Sayyid Muhammad Alwy al-Maliki



BAB  I
Bakat  dan  Sifat  Nabi


Q.   Rencana Pembangunan dan Kependudukan

Perhatian Nabi SAW pada perumahan dan tempat tinggal rakyat yang layak dan sehat terbukti dari pengetahuan beliau yang luas dan rencananya yang teliti didasarkan atas kepentingan bersama. Serta lancarnya lalu lintas orang banyak maupun kendaraan, di samping hak tetangga sebelah menyebelah yang tidak boleh diabaikan. Juga kehormatan tempat-tempat ibadah. Demikian juga faktor kesehatan sangat diutamakan, juga lokasi tempat mendirikan bangunan.

Dalam rencana pembangunan rumah-rumah tempat tinggal, maka pemandian umum dan pasar harus berada di tempat yang telah ditentukan. Bahkan beliau sendiri turun ke lapangan, ikut melaksanakan dan memberi pengarahan langsung.

Ibnu Sa’ad dalam bukunya At-Thabaghat menjelaskan, bahwa tatkala Nabi SAW merencanakan pembangunan perumahan di kota Madinah, beliau sendiri yang mendesain rumah gedung yang akan dibangun oleh Utsman. Beliau keluar menuju sebidang tanah yang luas, dan menunjukkan letak bagian-bagian penting dari rumah yang akan dibangun.

Abu Daud meriwayatkan, bahwa Nabi SAW pernah mengutus seorang agar menyampaikan pada prajurit yang berada di medan perang, bahwa siapa saja yang mempersempit rumah tempat tinggalnya, atau mengambil sebagian tanah dari jalan umum, maka dia tidak perlu berjihad. Konon, kala itu, penduduk sudah mulai padat. Rumah-rumah liar dibangun orang, sehingga lorong-lorong menjadi sempit dan lalu-lintas orang menjadi terhambat.

Dalam pembangunan rumah, Nabi SAW selalu memperhatikan faktor kesehatan. Hal ini bisa dilihat dari apa yang ditegaskannya ketika ada orang yang datang bertanya tentang hak dan kewajiban dalam hidup berumah tangga. Nabi menjelaskan: “Janganlah kau membangun (rumah) melebihi rumah orang lain yang dapat menghalangi masuknya udara, kecuali diizinkan. Dan di rumahmu jangan ada bau busuk yang dapat mengganggu tetangga.” (HR Al-Baihaqy).

Ibnu Majah dan At-Thabrany menceritakan tentang pembangunan yang langsung diawasi Nabi SAW sendiri. Bahkan beliau sendiri yang memilih lokasinya. Setelah selesai, dilihatnya. Dan dengan rasa puas, beliau berkata: “Inilah pasar kalian.” Lalu memerintahkan agar pasar itu dipelihara dan diramaikan. Sebelum datang melihat pasar baru itu, beliau terlebih dahulu mendatangi pasar lama, dan berkata pada penghuninya, “Ini bukan pasarmu lagi sekarang.” Perhatian Nabi SAW bukan hanya pada fisik bangunannya saja, tapi segala sesuatu yang bertalian dengan penduduk dan masyarakat banyak sangat diperhatikan. Beliau selalu mengikuti perkembangan pasar. Dan tingkah laku para pedagang senantiasa diawasi.

Selagi diketahui, bahwa pedagang-pedagang bahan pokok memborong dan menghadang petani-petani yang membawa hasil buminya sewaktu mereka masih berada di luar kota, sebelum mereka memasuki pasar, maka diutusnya seorang petugas untuk melarang. Bahkan pernah diambil tindakan keras olehnya terhadap pedagang-pedagang yang berbuat demikian.

Imam Bukhari meriwayatkan dan Ibnu ‘Umar, bahwa dahulu di zaman Nabi SAW pedagang-pedagang membeli bahan makanan dari pedagang-pedagang hasil bumi sebelum mereka memasuki pasar. Maka beliau mengutus orang untuk melarangnya dan bahan-bahan makanan itu dibawanya masuk ke dalam pasar lebih dahulu tempat transaksi dan jual beli yang biasanya dilakukan.

Ada kalanya Nabi SAW sendiri langsung turun ke pasar mengamati keadaan di sana, sebagai yang tersebut di dalam sebuah hadis. Tatkala beliau sedang di pasar kota Madinah, dihampirinya seorang pedagang. Tangan beliau langsung dimasukkan ke dalam tumpukan gandum yang ternyata basah. “Apa ini?” tanya Nabi SAW agak keras. 

“Basah terkena air hujan,” jawab pedagang itu gugup.

“Mengapa yang basah ini disembunyikan dan tidak ditaruh di atas? Supaya dapat dilihat dan diketahui pembeli. Siapa yang menipu, ia bukan golongan kita,” ujar Nabi SAW kepada pedagang gandum yang merah wajahnya, tersipu malu.

Setelah kota Makkah dibuka dan dikuasai kembali oleh Nabi SAW, maka Sa’id bin ‘Ash diangkat menjadi pengawas pasar di sana. Umar juga pernah ditunjuk sebagai pengawas pasar kota Madinah, sebagaimana disebutkan dalam buku sejarah As-Sirah Al-Halabiyah.

Demikian ini demi kepentingan masyarakat dan rakyat banyak. Masalah takaran dan timbangan yang lazimnya dipakai pedagang-pedagang, tidak terlepas dari perhatian beliau. Abu Hurairah berkata: “Bagi pedagang di pasar, Nabi SAW telah menyediakan teknisi ahli timbangan (tera).” Dalam hadis lain Nabi SAW bersabda: “Pedagang barang dagangan akan diberi rizki oleh Tuhan, dan yang menimbun akan dikutuk oleh-Nya.” (HR Ibnu Majah).

Demikian juga peringatan beliau kepada para pedagang dan pengusaha tertentu, yang biasanya berlaku curang dan tidak menepati janji.

Nabi SAW senantiasa mendorong dan menganjurkan agar umatnya giat dalam bidang perdagangan, melakukan berbagai usaha, masing-masing menurut kemampuan dan bakatnya. Pernah ada orang datang padanya, mengadukan kemiskinan dan penderitaan hidupnya. Nabi SAW menyuruhnya pergi ke sebuah lembah, mengumpulkan kayu-kayuan untuk dijual. Kepadanya dikatakan: “Janganlah engkau kembali ke mari, kecuali sesudah sepuluh hari.” (HR At-Turmidzy). Itu adalah suatu contoh anjuran beliau agar setiap orang sanggup bekerja apa saja yang dapat di lakukan.

Seorang lain, penganggur dan miskin, namanya Sa’ad bin A’idz. Nabi SAW menyuruhnya agar berdagang. Dia pun segera masuk pasar, berjuang mencari nafkah halal dengan berjual beli, sampai dia berhasil dalam usahanya. Nabi SAW menganjurkan kepadanya agar tekun dan terus mengembangkan perdagangannya. (dikutip dari ‘Ali Sabah).

Nabi SAW sangat gembira dan merestui bila melihat tenaga-tenaga muda terjun dan memulai perdagangannya. Sampai-sampai pedagang perantara pun tidak luput dari perhatian Nabi SAW.

Berbicara tentang pengetahuan Nabi SAW yang mencakup berbagai bidang, maka itu meliputi segala sesuatu (bidang). Menurut ‘Aisyah, di samping beliau melakukan apa yang diperlukan, dalam rumah tangga, kadang beliau menjahit pakaiannya sendiri. Demikian menurut riwayat Ibnu Sa’ad.

Tatkala sahabat Ufuyah bin Sa’ad kehilangan hidungnya dalam suatu peperangan, maka dibuatnya hidung tiruan dari perak. Tak lama kemudian membusuk. Lalu Nabi SAW menyuruhnya mengganti dengan emas, karena khasiat logam mulia ini sangat bersih, tahan lama, dan tidak dapat membusuk. (HR At-Turmidzy dan Abu Daud).

Setelah beliau mengumumkan larangan memotong sembarang pohon dan tumbuh-tumbuhan di Makkah, A1-’Abbas bertanya, bagaimana dengan idzir Ya Rasulullah, karena pohon yang satu ini diperlukan tukang kemasan dan kayunya untuk atap rumah. Maka Nabi SAW membenarkan dan berkata: “Ya, kecuali idzir (sebagian pohon).”

Apabila Rasulullah SAW melihat keahlian seseorang dalam bidang apa pun, maka keahlian itu dihargai, sambil merangsang semangat dan mendorong agar makin giat dan meningkatkan mutunya, sebagaimana terjadi ketika beliau sedang membangun masjidnya. Beliau melihat orang banyak sedang bergotong-royong. Tiba-tiba perhatiannya tertuju kepada seseorang yang sedang asyiknya mencampur tanah untuk membangun. Itu pun dilakukan dengan cepat dan baik. Maka pekerjaan itu diserahkan penuh kepadanya. Orang tersebut bernama Ibnu Thalq. Dia mengisahkan kejadian itu sebagai berikut; “Ketika Nabi SAW membangun masjidnya, masyarakat ramai membantunya bekerja. Saya memang ahli dalam mencampur tanah untuk bangunan. Saya mengambil sekop dan aku aduk campuran tanah itu kuat-kuat. Tanpa kuketahui, rupanya Rasulullah melihat kepadaku dengan tajam. Kemudian beliau berkata, dia memang benar-benar ahli. Selanjutnya pekerjaan itu diserahkan kepadaku.”

Ibnu Rusyd dalam kitabnya Al-Bayan wat-Tahsil meriwayatkan dari Imam Malik, bahwa Rasulullah SAW pernah melihat sebuah kuburan, maka beliau menyuruhnya untuk memperbaiki kembali seraya berkata: “Allah menyukai hamba yang bila melakukan suatu pekerjaan diperintah dan disempurnakan.”

No comments:

Selanjutnya Home